Di antara bentuk kesesatan Syi’ah Rofidhoh adalah perbuatannya yang mencela bahkan menghina ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan perkataan atau perbuatan yang sangat keji dan munkar. Padahal ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha merupakan Ummul Mukminin, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan merupakan istri yang paling dicintainya. Lantas, apa saja kemuliaan yang dimiliki ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha sehingga orang lain tidak berhak untuk mencela atau menghinanya? Mari kita simak pembahasan berikut:
Nama dan keturunan
Nama beliau adalah ‘Aisyah bintu Abi Bakr ‘Abdillah bin Abi Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay al-Qurasyiyyah at-Taimiyyah al-Makkiyyah. (1 mukhtashor al kabir fi sirah rasul, maktabah syamilah)
Ayahnya adalah Abu Bakar Ash Shidiq, Amirul Mukminin yang mempunyai kemuliaan yang agung dalam islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik manusia setelah rasulullah adalah Abu Bakar”. (HR Ibnu Majah, dishohihkan Albani dalam Shohih Ibnu Majah)
Dan ibunya adalah salah satu seorang pemuka shahabiyah yaitu Ummu Ruman binti ‘Amir. Seorang Shahabiyah yang mempersembahkan pengorbanan yang amat banyak bagi kemashalahatan agama islam. (Sirah Shahabiyah Hal 131, Pustaka As-Sunnah)
Beliau lahir dalam masa islam dan dilahirkan oleh orang tua yang mulia dan beriman kepada Allah. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Ketika aku mulai bisa mengenal orang tuaku kudapati mereka telah memeluk islam. (Siyar A’lamin Nubala 2/139, Sirah Shahabiyah Pustaka As-Sunnah)
Nama beliau adalah ‘Aisyah bintu Abi Bakr ‘Abdillah bin Abi Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay al-Qurasyiyyah at-Taimiyyah al-Makkiyyah. (1 mukhtashor al kabir fi sirah rasul, maktabah syamilah)
Ayahnya adalah Abu Bakar Ash Shidiq, Amirul Mukminin yang mempunyai kemuliaan yang agung dalam islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik manusia setelah rasulullah adalah Abu Bakar”. (HR Ibnu Majah, dishohihkan Albani dalam Shohih Ibnu Majah)
Dan ibunya adalah salah satu seorang pemuka shahabiyah yaitu Ummu Ruman binti ‘Amir. Seorang Shahabiyah yang mempersembahkan pengorbanan yang amat banyak bagi kemashalahatan agama islam. (Sirah Shahabiyah Hal 131, Pustaka As-Sunnah)
Beliau lahir dalam masa islam dan dilahirkan oleh orang tua yang mulia dan beriman kepada Allah. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Ketika aku mulai bisa mengenal orang tuaku kudapati mereka telah memeluk islam. (Siyar A’lamin Nubala 2/139, Sirah Shahabiyah Pustaka As-Sunnah)
Celaan Syi’ah kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
Di antara bentuk makar Syi’ah untuk menjatuhkan islam adalah dengan mencela dan menghina Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Karena dengan mencelanya, hilanglah seperempat syariat islam yang dibawanya, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hakim Abu Abdillah berkata, “Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha seperempat syariat”.
Hal inilah yang coba diupayakan oleh Syi’ah untuk menghancurkan islam, ketika seorang muslim tidak memuliakan Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, maka semua hadits yang diriwayatkannya akan tertolak dan tidak akan dijadikan pedoman dalam syariat islam.
Di antara bentuk makar Syi’ah untuk menjatuhkan islam adalah dengan mencela dan menghina Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Karena dengan mencelanya, hilanglah seperempat syariat islam yang dibawanya, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hakim Abu Abdillah berkata, “Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha seperempat syariat”.
Hal inilah yang coba diupayakan oleh Syi’ah untuk menghancurkan islam, ketika seorang muslim tidak memuliakan Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, maka semua hadits yang diriwayatkannya akan tertolak dan tidak akan dijadikan pedoman dalam syariat islam.
Di antara bentuk celaan syiah kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
1. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mempunyai akhlak dan perangai yang buruk
Hal ini tertulis di bukunya Ali bin Ibrahim Al Qummi di dalam tafsirnya 2/192. Dalam buku itu disebutkan bahwa perangai istri nabi sangatlah buruk dan tidak berakhlak.
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia karena diracuni oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Di dalam Tafsirul Iyasy 1/200, karya Muhammad bin Mahmud bin Iyasy disebutkan bahwa yang menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal adalah karena diracun oleh ‘Aisyah dan Hafshah.
3. Istri-istri nabi adalah para pelacur
Dinukilkan secara dusta di dalam kitab Ikhtiyar Ma’rifatur Rijal karya At Thusi hal. 57-60 bahwa Abdullah bin Abbas pernah berkata kepada Aisyah, “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”
4. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah ibu dari syaithan
Dikatakan oleh Al Bayadhi di dalam kitabnya Ash Shirathal Mustaqim 3/135 dan 161, bahwa Aisyah digelari Ummu Asy-Syurur (ibunya kejelekan) dan Ummu Asy-Syaithan (ibunya syaithan). (Dikutip dari Bulletin Islam Al Ilmu Edisi 30/I/II/1425)
Lihatlah kedustaan kaum Syi’ah, bagaimana keji dan kejamnya Syi’ah dalam mencela ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang merupakan Ummul Mukminin, yang bahkan namanya disucikan oleh Allah dan diabadikan dalam Al Qur’an.
Untuk membantah tuduhan-tuduhan tersebut, lihatlah bagaimana keutamaan-keutamaan dan kemuliaan ‘Aisyah di hadapan Allah dan Rasul-Nya.
1. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mempunyai akhlak dan perangai yang buruk
Hal ini tertulis di bukunya Ali bin Ibrahim Al Qummi di dalam tafsirnya 2/192. Dalam buku itu disebutkan bahwa perangai istri nabi sangatlah buruk dan tidak berakhlak.
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia karena diracuni oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Di dalam Tafsirul Iyasy 1/200, karya Muhammad bin Mahmud bin Iyasy disebutkan bahwa yang menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal adalah karena diracun oleh ‘Aisyah dan Hafshah.
3. Istri-istri nabi adalah para pelacur
Dinukilkan secara dusta di dalam kitab Ikhtiyar Ma’rifatur Rijal karya At Thusi hal. 57-60 bahwa Abdullah bin Abbas pernah berkata kepada Aisyah, “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”
4. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah ibu dari syaithan
Dikatakan oleh Al Bayadhi di dalam kitabnya Ash Shirathal Mustaqim 3/135 dan 161, bahwa Aisyah digelari Ummu Asy-Syurur (ibunya kejelekan) dan Ummu Asy-Syaithan (ibunya syaithan). (Dikutip dari Bulletin Islam Al Ilmu Edisi 30/I/II/1425)
Lihatlah kedustaan kaum Syi’ah, bagaimana keji dan kejamnya Syi’ah dalam mencela ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang merupakan Ummul Mukminin, yang bahkan namanya disucikan oleh Allah dan diabadikan dalam Al Qur’an.
Untuk membantah tuduhan-tuduhan tersebut, lihatlah bagaimana keutamaan-keutamaan dan kemuliaan ‘Aisyah di hadapan Allah dan Rasul-Nya.
Kedudukan ‘Aisyah di hati Rasulullah
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, siapa yang paling engkau cintai?” Beliau balik bertanya: “Kenapa engkau tanyakan itu?” Jawabku: “Agar aku mencintai orang yang engkau cintai”. Rasulullah berkata: “’Aisyah”. (lihat kitab Al Majma’ (15309), Sirah Shahabiyah, Pustaka assunnah)
Diriwayatkan pula dari ‘Aisyah, Rasulullah berkata: “Apakah engkau bersedia untuk menjadi istriku di dunia dan akhirat?” Jawabku: “Tentu bersedia”. Demi Allah. Maka beliau bersabda: “Engkau adalah istriku di dunia dan di akhirat”. (HR Al-hakim 4/10, sirah shahabiyah pustaka assunnah)
Dalam hadits yang lain, Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab: “’Aisyah” (HR Bukhori no 3462 dan HR Muslim no 6328, maktabah syamilah)
Lihatlah bagaimana kedudukan dan keutamaan ‘Aisyah di hati Rasulullah, beliau adalah istri Rasulullah di dunia dan di akhirat dan wanita yang sangat dicintainya.
Bukankah bentuk ketaatan dan kecintaan kepada rasul adalah dengan mencintai apa yang Rasul cinta dan membenci apa yang Rasul benci? Ketika Rasulullah sangat mencintai ‘Aisyah, maka pantaskah kita membenci dan mencelanya?
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, siapa yang paling engkau cintai?” Beliau balik bertanya: “Kenapa engkau tanyakan itu?” Jawabku: “Agar aku mencintai orang yang engkau cintai”. Rasulullah berkata: “’Aisyah”. (lihat kitab Al Majma’ (15309), Sirah Shahabiyah, Pustaka assunnah)
Diriwayatkan pula dari ‘Aisyah, Rasulullah berkata: “Apakah engkau bersedia untuk menjadi istriku di dunia dan akhirat?” Jawabku: “Tentu bersedia”. Demi Allah. Maka beliau bersabda: “Engkau adalah istriku di dunia dan di akhirat”. (HR Al-hakim 4/10, sirah shahabiyah pustaka assunnah)
Dalam hadits yang lain, Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab: “’Aisyah” (HR Bukhori no 3462 dan HR Muslim no 6328, maktabah syamilah)
Lihatlah bagaimana kedudukan dan keutamaan ‘Aisyah di hati Rasulullah, beliau adalah istri Rasulullah di dunia dan di akhirat dan wanita yang sangat dicintainya.
Bukankah bentuk ketaatan dan kecintaan kepada rasul adalah dengan mencintai apa yang Rasul cinta dan membenci apa yang Rasul benci? Ketika Rasulullah sangat mencintai ‘Aisyah, maka pantaskah kita membenci dan mencelanya?
Keutamaan dan Kemuliaan ‘Aisyah
Banyak sekali keutamaan yang dimiliki ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahkan Rasulullah menggambarkan keutamaannya layaknya tsarid (bubur daging dan roti) yang merupakan makanan paling utama dan kebanggaan bangsa arab.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imran dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan ‘Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))
Banyak sekali keutamaan yang dimiliki ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahkan Rasulullah menggambarkan keutamaannya layaknya tsarid (bubur daging dan roti) yang merupakan makanan paling utama dan kebanggaan bangsa arab.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imran dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan ‘Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))
Di antara keutamaan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha lainnya:
1. ‘Aisyah adalah wanita satu-satunya yang dinikahi Rasulullah dalam keadaan masih gadis.
Aisyah mengatakan, “Aku telah diberi sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau dikuburkan di rumahku, para malaikat menaungi rumahku, Al-Quran turun sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri kekasih dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilhairkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengna ampunan dan rezeki yang mulia.” (Lihat al-Hujjah Fi Bayan Mahajjah (2/398))
1. ‘Aisyah adalah wanita satu-satunya yang dinikahi Rasulullah dalam keadaan masih gadis.
Aisyah mengatakan, “Aku telah diberi sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau dikuburkan di rumahku, para malaikat menaungi rumahku, Al-Quran turun sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri kekasih dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilhairkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengna ampunan dan rezeki yang mulia.” (Lihat al-Hujjah Fi Bayan Mahajjah (2/398))
2. Pernikahan Rasulullah dengan ‘Aisyah berdasarkan wahyu Allah
“Engkau ditampakkan padaku dalam mimpi selama tiga malam; seorang malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih, lalu malaikat itu berkata, ‘Ini adalah istrimu’, maka aku menyingkap wajahmu dan ternyata engkau, lalu kukatakan, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan menjalankannya’.” (HR Bukhari no 3682 dan Muslim no 6436, Maktabah Syamilah)
“Engkau ditampakkan padaku dalam mimpi selama tiga malam; seorang malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih, lalu malaikat itu berkata, ‘Ini adalah istrimu’, maka aku menyingkap wajahmu dan ternyata engkau, lalu kukatakan, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan menjalankannya’.” (HR Bukhari no 3682 dan Muslim no 6436, Maktabah Syamilah)
3. Malaikat Jibril menyampaikan salam untuk ‘Aisyah
Diriwayatkan dari Ibnu Syihab, Abu Salamah berkata: “Sesungguhnya malaikat Jibril mengucapkam salam kepadamu”. Aisyah berkata: Lalu aku menjawab: “wa’alaihissalam wa rahmatullah”. (HR Bukhori 3045, HR Muslim 6454, maktabah syamilah)
Diriwayatkan dari Ibnu Syihab, Abu Salamah berkata: “Sesungguhnya malaikat Jibril mengucapkam salam kepadamu”. Aisyah berkata: Lalu aku menjawab: “wa’alaihissalam wa rahmatullah”. (HR Bukhori 3045, HR Muslim 6454, maktabah syamilah)
4. Keberkahan umat islam dengan sebab ‘Aisyah
Bahwasanya ‘Aisyah pernah meminjam dari Asma’ sebuah kalung yang kemudian kalung tersebut hilang di dalam perjalanan, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang mencarinya sampai akhirnya masuk waktu sholat sementara mereka tidak ada air. Lalu merekapun sholat, kemudian mereka mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah pun menurunkan ayat tentang tayammum, maka Usaid bin Hudhair berkata kepada ‘Aisyah, “Semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan, demi Allah tidaklah menimpamu sesuatu yang engkau benci melainkan Allah menjadikan padanya kebaikan bagimu dan bagi kaum muslimin.” (HR Bukhori no. 329, Maktabah Syamilah)
Bahwasanya ‘Aisyah pernah meminjam dari Asma’ sebuah kalung yang kemudian kalung tersebut hilang di dalam perjalanan, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang mencarinya sampai akhirnya masuk waktu sholat sementara mereka tidak ada air. Lalu merekapun sholat, kemudian mereka mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah pun menurunkan ayat tentang tayammum, maka Usaid bin Hudhair berkata kepada ‘Aisyah, “Semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan, demi Allah tidaklah menimpamu sesuatu yang engkau benci melainkan Allah menjadikan padanya kebaikan bagimu dan bagi kaum muslimin.” (HR Bukhori no. 329, Maktabah Syamilah)
5. Wahyu turun ketika Rasulullah bersama ‘Aisyah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan wahyu kepadaku ketika aku sedang berada di selimut salah seorang di antara kalian selain ‘Aisyah. (HR Bukhori 3564, maktabah syamilah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan wahyu kepadaku ketika aku sedang berada di selimut salah seorang di antara kalian selain ‘Aisyah. (HR Bukhori 3564, maktabah syamilah)
6. ‘Aisyah adalah wanita yang disucikan namanya dari langit ketujuh dan diabadikan dalam Al-Qur’an
Inilah keutamaan terbesar yang diberikan Allah untuk ‘Aisyah. Surat An-Nur ayat 11-26 merupakan ayat yang turun berkenaan dengan berita dusta terhadapnya. Dengan turunnya ayat ini, maka terbantahlah tuduhan-tuduhan keji dan dusta tersebut.
Allah telah mengisyaratkan bahwa ‘Aisyah adalah wanita yang baik, wanita yang menjaga kesuciaannya dan bagi pendusta adalah adzab yang pedih di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”. (QS. An Nur: 19)
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS. An Nur: 23)
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (QS. An Nur: 26)
Inilah keutamaan terbesar yang diberikan Allah untuk ‘Aisyah. Surat An-Nur ayat 11-26 merupakan ayat yang turun berkenaan dengan berita dusta terhadapnya. Dengan turunnya ayat ini, maka terbantahlah tuduhan-tuduhan keji dan dusta tersebut.
Allah telah mengisyaratkan bahwa ‘Aisyah adalah wanita yang baik, wanita yang menjaga kesuciaannya dan bagi pendusta adalah adzab yang pedih di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”. (QS. An Nur: 19)
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS. An Nur: 23)
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (QS. An Nur: 26)
Kesaksian para sahabat akan keutamaan dan keilmuan‘Aisyah
Az-Zuhri berkata, “Kalau ilmu ‘Aisyah dibandingkan dengan ilmu seluruh perempuan, pasti ilmu ‘Aisyah lebih banyak”.
Urwah bin Zubair berkata, “Aku tidak pernah melihat orang lebih mengerti tentang fikih, dunia pengobatan dan tentang syair daripada ‘Aisyah”. (Thabaqat Ibnu Sa’ad 7/39-56, Sirah Shahabiyah Pustaka As-Sunnah)
Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Setiap kali kami para sahabat Rasulullah mendapat kesulitan tentang suatu hadits, kami selalu bertanya kepada ‘Aisyah, maka kami akan mendapatkan pengetahuan darinya”. (HR Tirmidzi 3883, Dia berkata: “Hadits hasan shahih gharib”)
Masruq pernah ditanya, “Apakah ‘Aisyah pandai dalam ilmu waris? Dia menjawab: “Demi Allah, Aku melihat para pemuka Sahabat Rasulullah bertanya kepada ‘Aisyah tentang ilmu waris”. (Min Akhlaqil ‘Ulama, hal 61)
Az-Zuhri berkata, “Kalau ilmu ‘Aisyah dibandingkan dengan ilmu seluruh perempuan, pasti ilmu ‘Aisyah lebih banyak”.
Urwah bin Zubair berkata, “Aku tidak pernah melihat orang lebih mengerti tentang fikih, dunia pengobatan dan tentang syair daripada ‘Aisyah”. (Thabaqat Ibnu Sa’ad 7/39-56, Sirah Shahabiyah Pustaka As-Sunnah)
Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Setiap kali kami para sahabat Rasulullah mendapat kesulitan tentang suatu hadits, kami selalu bertanya kepada ‘Aisyah, maka kami akan mendapatkan pengetahuan darinya”. (HR Tirmidzi 3883, Dia berkata: “Hadits hasan shahih gharib”)
Masruq pernah ditanya, “Apakah ‘Aisyah pandai dalam ilmu waris? Dia menjawab: “Demi Allah, Aku melihat para pemuka Sahabat Rasulullah bertanya kepada ‘Aisyah tentang ilmu waris”. (Min Akhlaqil ‘Ulama, hal 61)
Penutup
Hal di atas adalah segelintir dari keutamaan yang dimiliki oleh ‘Aisyah untuk membantah Syi’ah. Masih banyak hal yang perlu kita ketahui dari pribadi ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, baik dalam segi akhlak, kezuhudan, kecerdasan, amal ibadah dan yang lainnya. Sehingga semakin sempitlah celah-celah untuk kedustaan padanya dan semakin besarlah kecintaan kita kepadanya.
Semoga dengan tulisan ini, dapat memberi gambaran bagi kita akan kedudukan ‘Aisyah dalam islam, bagaimana kemuliaannya, bagaimana keutamaannya dan memberi bantahan terhadap tuduhan-tuduhan yang diberikan Syi’ah atasnya.
Hal di atas adalah segelintir dari keutamaan yang dimiliki oleh ‘Aisyah untuk membantah Syi’ah. Masih banyak hal yang perlu kita ketahui dari pribadi ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, baik dalam segi akhlak, kezuhudan, kecerdasan, amal ibadah dan yang lainnya. Sehingga semakin sempitlah celah-celah untuk kedustaan padanya dan semakin besarlah kecintaan kita kepadanya.
Semoga dengan tulisan ini, dapat memberi gambaran bagi kita akan kedudukan ‘Aisyah dalam islam, bagaimana kemuliaannya, bagaimana keutamaannya dan memberi bantahan terhadap tuduhan-tuduhan yang diberikan Syi’ah atasnya.
Penulis: Rian Permana
0 komentar:
Posting Komentar