Sabtu, 30 Juni 2012

Inna lillahi, sedikitnya 99 warga muslim Suriah kembali gugur, kota Dauma di ambang pembantaian baru

Sepanjang hari Sabtu (30/6/2012), sedikitnya 99 warga sipil muslim kembali gugur di beberapa propinsi di Suriah oleh serangan brutal militer rezim Nushairiyah Suriah dan milisi Syiah Shabihah.
Sementara itu penduduk kota Dauma di pinggiran propinsi Damaskus dilanda kekhawatiran akan mengalami pembantaian biadab di tangan militer rezim Suriah. Kota itu baru saja ditaklukkan oleh militer rezim Suriah melalui serangan helikopter militer dan tank militer. Bombardir massif dari darat dan udara itu merupakan serangan terparah selama masa pengepungan kota Dauma.
Para aktivis pada Suriah Human Rights Watch melaporkan bahwa sepanjang Sabtu kemarin, sedikitnya 43 warga sipil gugur di propinsi pinggiran Damaskus, 15 warga di propinsi Dier Ezur, 11 warga di propinsi Idlib, 10 warga di propinsi Hamah, 9 warga di propinsi Dara'a, 5 warga di propinsi Alepo, 3 warga di propinsi Homs, dan 1 warga di propinsi Haskah dan Ladziqiyah.
Di antara korban terdapat 9 anak-anak dan 6 wanita. Kota Dauma mengalami kehancuran paling parah oleh serangan militer pada hari Sabtu kemarin. Sebagian besar penduduknya telah meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari selamat. Sebelumnya puluhan penduduk Dauma gugur oleh bombardir tank militer dan helikopter militer selama dua pekan terakhir.
Suriah Human Rights Watch menyerukan kepada dunia internasional untuk menghentikan kebiadaban militer rezim Suriah di kota Dauma. Saat menaklukkan kota Dauma, militer rezim Suriah juga menghancurkan dua rumah sakit lapangan di Jala' Street.
Para dokter dan perawat di kedua rumah sakit lapangan itu telah melarikan diri demi menyelamatkan nyawa mereka. Sementara itu ratusan korban yang luka dan sekarat di kedua rumah sakit lapangan itu dilanda kekhawatiran akan mengalami pembantaian seperti yang dialami penduduk Baba Amru di propinsi Homs.
Untuk mengisolasi kota Dauma dari dunia luar, pihak militer rezim Suriah telah memutuskan jaringan listrik, komunikasi, dan air bersih ke dalam kota. Pasukan militer juga mengepung ketat di perbatasan kota. Selain itu, militer rezim Suriah juga membombardir tiga kota terdekat, yaitu Hamuriah, Harasta dan Arabin.
(muhib almajdi/arrahmah.com)

Lagi, drone predator AS tewaskan 6 orang Waziristan

Sekurangnya enam orang dilaporkan tewas akibat serangan pesawat pembantai milik salibis AS di sabut barat laut Pakistan, di dekat perbatasan Afghanistan.
Pesawat tempur tak berawak itu menembakkan dua misil pada sebuah rumah di Waziristan Utara pada Minggu pagi (1/7/2012).
Serangan ini datang beberapa hari setelah drone AS melepaskan dua rudalnya pada sebuah bangunan di area Shawal, 50 kilometer sebelah barat daya Miranshah, kota utama di distrik Waziristan Utara dan menewaskan lima orang serta melukai tiga orang lainnya.
Bulan Januari, Presiden AS Barack Obama secara publik membenarkan untuk pertama kalinya bahwa pihaknya mengoperasikan drone di dalam wilayah Pakistan.
Obama menyatakan sejumlah serangan ini dilakukan di FATA Pakistan.
Pakistan menyatakan bahwa serangan pesawat tak berawak yang melulu diklaim menargetkan mujahidin Taliban ini 'melanggar hukum' dan 'kontraproduktif. "
"Kami tetap berpandangan bahwa ini adalah melanggar hukum, kontraproduktif dan karenanya tidak dapat diterima," kata juru bicara kementrian luar negeri Pakistan, Abdul Basit, pada 31 Januari.
Enam puluh empat US serangan pesawat dilakukan di semi-otonom daerah suku Pakistan selama tahun lalu, menurut AFP.
Serangan udara, yang diprakarsai oleh mantan Presiden AS George W. Bush, telah meningkat di bawah Presiden Barack Obama. (althaf/arrahmah.com)

Selasa, 26 Juni 2012

Sebuah Mahar Mulia


Setiap wanita pastilah memiliki mimpi yang indah bagi kehidupan pernikahannya. dan ketika gerbang pernikahan telah di depan mata, pastilah juga akan banyak hal yang dipersiapkan. Salah satunya adalah tentang mahar yang akan diterima sang wanita dari calon suami mereka.

Telah banyak kita mendengar, tentang kenyataan yang beredar di luaran, tentang besarnya jumlah permintaan mahar dari sang calon istri. Seolah-olah tergambar bahwa menikah itu sangat mahal dan sulit dilakukan.

Saudariku yang dirahmati Allah...

Sudahkah sampai kepada kita tentang kisah Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah, atau yang dikenal dengan nama Ummu Sulaim?

Beliau adalah salah satu wanita muslimah yang teguh dan setia di atas keislamannya. Telah terukir dalam hati beliau keterikatan hati kepada Islam, dan  lebih kuat daripada keterikatan hatinya terhadap kenikmatan dunia.
Bahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam.

Abu Thalhah, seorang yang kafir, namun sangat tertarik kepada beliau, karena Kesabaran dan ketabahannya menghadapi cobaan. selanjutnya, Abu Thalhah pun melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi.
Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap semua harta dunia itu.
Beliau berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i).

Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia, yaitu Islam.
Kisah ini membuktikan betapa kemuliaan Ummu Sulaim yang menjadikan iman dan islam lebih tinggi kedudukannya dari pada hanya sekedar permintaan harta dunia kepada suaminya.

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Aku belum pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.” (Hr. Nasa’i).

Subhanallah....

Saudariku yang dirahmati Allah, memang mahar adalah pemberian yang diberikan oleh suami kepada kita sebagai istri dengan sebab pernikahan.
Namun alangkah baiknya jika hal tersebut tidak memberatkan dan menambah beban beliau sebagai suami kita.
Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah melarang kita untuk bermahal-mahal dalam mahar? Sabda beliau “Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (HR. Ahmad) dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)

Semoga kisah wanita mulia diatas bisa menjadi contoh teladan bagi kita semua dan meluruskan pandangan kita yang mungkin keliru dalam memaknai mahar. Dan semoga Ummu Sulaim sang wanita mulia tersebut, memotivasi kita agar belajar untuk lebih konsisten dengan keislaman kita. Aamiin.

Aku Bangga menjadi Muslimah

Bangganya aku menjadi muslimah, karena Islam yang hadir sebagai rahmatal lil’alamin, menghapus seluruh bentuk kezhaliman-kezhaliman yang menimpa kaumku dan mengangkat derajatku dalam martabat yang manusiawi. Karena kemuliaan Islam yang sangat tinggi pula, maka aku dan kaumku terbebas dari penindasan seperti dijaman jahiliyah. Dijaman itu, dimana kelahiran para wanita selalu di anggap sebagai aib besar bagi keluarga terutama sang ayah. Karena itulah mereka tega mengubur kaumku hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan rendah dan hina.

Bahagianya aku menjadi muslimah karena tak ada beda antara kami dan para laki- laki, dalam hal timbangan kemuliaan dan ketinggian martabat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Karena kesemuanya itu hanyalah terbedakan atas nama takwa. Allah subhanahu wata’ala menegaskan dalam firman-Nya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)

Kami tak perlu memaksakan diri menjadi laki- laki dan memasuki "kawasan" laki- laki hanya untuk dianggap lebih mulia, seperti yang di ajarkan oleh paham emansipasi barat. Kami para wanita memiliki tugas sendiri, dan jalan sendiri untuk meraih surga. Rasulullah Saw bersabda: “Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka.” (HR. Ahmad)

Bangganya aku menjadi muslimah, karena aku tidak terendahkan seperti hewan. Hal itu karena Perintah Robbku yang mengajarkan bahwa wanita haruslah menutup auratnya. Allah SWT berfirman :

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).

Namun sebagai manusiawinya seorang wanita, kamipun menyukai berhias. Namun Islam mengajarkan agar kami hanya menjadi perhiasan bagi para suami kami, maka dari itu kamipun berhias diri di rumahnya  sendiri dan hanya untuk suami kami, bukan di  luar  rumah atau di tengah jalan untuk di obral kepada mata- mata jalang, para laki- laki tak beriman.

Tenangnya aku menjadi muslimah, karena Allah mengajarkan kepada para lelaki untuk juga senantiasa menghargai dan memperlakukan aku dan keluargaku dengan baik. Mereka para laki- laki yang Bahkan manusia termulia Rasulullah SAw bersabda "Sesungguhnya diantara kesempurnaan iman orang-orang Mukmin ialah mereka yang paling bagus akhlaknya dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya".

Umar r.a, sahabat Rasulullah SAW yang dikenal berwatak keras itu bahkan pernah berkata,  "Seyogyanya  sikap  suami  terhadap isterinya seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada disisinya  (keadaan  yang  sebenarnya)  maka dia adalah seorang laki-laki."

Bahagianya aku menjadi muslimah, karena keadilan bagi kamipun di jamin dalam islam, bahkan dalam urusan harta. Allah SWT memang menentukan bahwa bagian lelaki dari mendapatkan warisan adalah dua kali lipat dari warisan anak wanita, namun syariat ini selaras dengan garis kodrat lelaki yang berkewajiban untuk menafkahi dan memimpin kaum wanita. Dengan demikian, syariat ini adil dan aku sebagai wanita tak perlu merisaukan. Walaupun wanita mendapatkan bagian yang sedikit, namun para wanita seperti aku ini dapat menikmati seorang diri. Ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini,

“Kaum lelaki (suami) adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (kaum lelaki) atas sebagian lainnya (kaum wanita), dan karena mereka (kaum lelaki) memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisa: 34)

Sungguh masih banyak kemuliaan islam yang mengangkat derajat aku dan kaumku sebagai wanita. Betapa hanya islam yang mengindahkanku dan memuliakanku menjadi wanita yang lebih mulia. Sungguh hanya islam yang bisa aku jadikan pedoman hidup terbaik, untuk aku wariskan kepada keturunanku, dan hanya dengan islam ketenangan dan kesejukan hidup menjadi seorang wanita itu terasa. Lalu bagaimana aku tak bangga menjadi muslimah?

Penelitian ilmiah pengaruh bacaan al Qur’an pada syaraf, otak dan organ tubuh lainnya. Subhanallah, menakjubkan!

"Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur'an...". Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.
Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur'an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur'an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur'an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur'an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur'an.
Al-Qur'an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur'an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur'an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur'an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
Mahabenar Allah yang telah berfirman, "Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (Q.S. 7: 204).
(zilzaal/arrahmah.com)

Minggu, 24 Juni 2012

Al-Shabaab Tewaskan Komandan Polisi Senior Pemerintah Somalia


Seorang komandan polisi senior Pemerintah Transisi Federal (TFG) Somalia dan dua anak buahnya tewas dalam penyergapan yang dilakukan oleh kelompok pejuang Al-Shabaab hari Jum'at (22/6/2012) para saksi dan pejabat mengatakan kepada Somalia Report.

Ali Afrah Afrah bertanggung jawab atas daerah Elasha Biyaha yang baru-baru ini direbut di pinggiran ibukota di mana ia diangkat sebagai komandan TFG yang baru. Setidaknya dua tentara pemerintah lainnya tewas bersama dengan Komandan Afrah oleh pejuang Islam yang meloloskan diri setelah penembakan.

Para pejabat mengatakan komandan tersebut mencoba mengirim bala bantuan kepada pasukan TFG lainnya yang tengah berperang melawan Al-Shabaab di Elasha Biyaha saat konvoinya diserang.

"Komandan tersebut dan dua tentara pemerintah lainnya tewas di dekat Elasha Biyaha di mana pertempuran antara TFG dan Al-Shabaab sedang terjadi saat itu. Kami sendiri menewaskan tiga pejuang Islam dan lainnya mengalami luka tetapi mereka lolos," Komandan senior TFG Ahmed Yare mengatakan kepada Somalia Report.

Meskipun Al-Shabaab akhirnya digulingkan dari kekuasaan mereka di Elasha Biyaha oleh pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika (AMISOM) dan tentara pemerintah Somalia, sisa-sisa pejuang Islam diyakini masih aktif di kota tersebut untuk melakukan serangan gerilya.
..Para pejuang pemberani kami akan siap kapan saja untuk melanjutkan serangan terhadap musuh yang mencoba untuk merebut tanah kami untuk menghancurkan pemerintahan Islam kita..
"Para pejuang pemberani kami akan siap kapan saja untuk melanjutkan serangan terhadap musuh yang mencoba untuk merebut tanah kami untuk menghancurkan pemerintahan Islam kita. Apapun yang mereka lakukan, mereka akan tetap dengan kekhawatiran tentang korban mereka yang disebabkan oleh tangan kita. Kami akan terus menghukum musuh sampai kita memaksa mereka melarikan diri dari sini, "kata seorang pejabat Al-Shabaab yang mengidentifikasi dirinya sebagai Abu Abdirahman kepada Andulus Radio.

Saksi mata mengatakan mereka bisa melihat bahwa sebelum penembakan komandan tersebut, para pejuang Islam bersenjata berteriak "Allahu Akbar! (Allah Maha Besar)."

"Konvoinya bergerak tidak jauh dari rumah kami di sini di Elasha Biyaha ketika para pejuang Islam bersenjata menyerang konvoi tersebut dan pertempuran sengit meletus antara kedua belah pihak," kata seorang penduduk Qadro Abdullahi.

Menurut laporan awal yang diumumkan pada website pro-Al-Shabaab, komandan TFG tersebut adalah pejabat senior yang pernah menjabat di Uni Pengadilan Islam di Somalia pada tahun 2006, di mana Al-Shabaab merupakan bagian dari pemerintahan itu sebelum resmi berpisah. (st/sr)
Artikel: SOMALIA (voa-islam.com)

Al-Qaidah Kembali Rillis Video Terbaru Syaikh Abu Yahya Al-Libi

 Al-Qaidah telah merilis rekaman kedua dari Syaikh Abu Yahya Al-Libi, pemimpin senior, ideolog, dan tokoh agama yang diduga telah gugur dalam serangan pesawat tak berawak AS di Mir Ali, Waziristan Utara pada tanggal 4 Juni, The Long War Journal melaporkan.

Dalam video terbaru berdurasi 16 menit 51 detik yang berjudul "Tentara Amerika dan Etika Perang," tersebut, Syaikh Al-Qaeda resmi Abu Yahya Al-Libi mengutuk etika Amerika dalam berperang, menggambar sebagian besar pada contoh tindakan biadab tentara Amerika terhadap warga sipil dan para pejuang Islam di Afghanistan pada bulan Januari dan Maret 2012.

Video kedua yang diproduksi oleh sayap media Al-Qaidah, As-Sahab tersebut dirilis pada forum jihad pada 22 Juni 2012, Kelompok Intelijen SITE melaporkan. 

Seperti video yang dirilis pada 12 Juni lalu, tanggal produksi sekali lagi diberikan sebagai tahun 1433 Hijriah, tetapi refensi Syaikh Abu Yahya Al-Libi untuk kejadian itu tentang seorang tentara Amerika yang membunuh warga sipil di Kandahar menandai kemungkinan pidatonya direkam sejak pertengahan Maret 2012.

Syaikh Abu Yahya Al-Libi alias Hasan Qa'id dilaporkan gugur dalam serangan pesawat tak berawak AS di luar Mir Ali di Waziristan Utara, Pakistan, pada tanggal 4 Juni 2012, tetapi Al-Qaidah maupun al-Fajr Media Center, distributor online eksklusif dari propaganda kelompok tersebut, hingga kini belum mengkonfirmasi atau membantah kabar kematiannya. Pesan yang diposting dengan video itu di forum jihad termasuk kalimat "semoga Allah melindunginya" setelah nama Libi, merupakan sebuah kehormatan yang biasanya disediakan bagi individu yang masih hidup, yang menunjukkan bahwa al-Fajr percaya dia masih hidup atau sedang menunggu konfirmasi resmi dari Al-Qaidah untuk nasibnya.

Video pertama dari Abu Yahya dirilis pada 12 Juni, hanya delapan hari setelah dia dilaporkan tewas dalam serangan pesawat tak berawak 4 Juni lalu. (st/tlwj).
Artikel: Voa-Islam.com 

Potret Kejahatan Syi’ah dalam Sejarah

Berangkat dari akidah yang rusak dan absurd, sekte Syi’ah kerap menebar kekejian dan kebiadaban kepada kaum muslimin. Sejarah mencatat lembaran demi lembaran kelam kejahatan mereka dan tidak ada seorang pun yang dapat mengingkarinya. Berikut adalah diantara sebagian ‘kecil’ catatan sejarah kejahatan mereka yang digoreskan oleh para ahli sejarah Islam. Mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran dan berhati-hati, karena sejarah seringkali terulang.
Jatuhnya Kota Bagdad
Pada tahun 656 H, Hulagu Khan, Raja Tatar berhasil menguasai kota Baghdad yang saat itu menjadi pusat peradaban Islam di bawah kekuasaan Bani Abbasiyyah. Keberhasilan invansi Tatar ini tidak lepas dari peran dua orang Syi’ah. Yang pertama adalah seorang menteri pengkhianat khalifah Muktashim yang bernama Mu`yyiduddin Muhammad Ibnul Alqamy. Dan yang kedua adalah seorang ahli nujum Nashirudin Ath Thusi penasehat Hulagu.
Pada akhir kepemimpinan khalifah Mustanshir, jumlah pasukan Bani Abbasiyyah mencapai seratus ribu pasukan. Sepeninggal Mustanshir dan tampuk kepemimpinan dipegang oleh Muktashim, Ibnul Alqamy membuat usulan-usulan kepada khalifah untuk mengurangi jumlah pasukan dengan alasan untuk menghemat biaya. Hal itu pun diikuti oleh khalifah. Padahal itu merupakan taktik untuk melemahkan kekuatan pasukan. Hingga akhirnya jumlah pasukan hanya sepuluh ribu saja.
Pada saat yang sama, Ibnul Alqami menjalin hubungan gelap dengan Hulagu. Ia sering menulis surat kepada Hulagu dan memberinya motivasi untuk mengusai Baghdad serta berjanji akan membantunya sambil menggambarkan kondisi pertahanan Bagdad ketika itu yang semakin melemah. Itu semua ia lakukan demi memberantas sunnah, menampakkan bid’ah rafidhah dan mengganti kekuasaan dari Bani Abbasiyyah kepada Alawiyyah.
Pasukan Hulagu pun kemudian bergerak menuju Bagdad. Pasukan Khalifah baru menyadari bahwa Tatar telah bergerak masuk. Upaya penghadangan Tatar yang dilakukan oleh khalifah gagal hingga akhirnya Tatar berhasil menguasai sebagian wilayah Bagdad. Dalam kondisi itu, Ibnul Alqami mendatangi Hulagu dan membuat perencanaan dengannya kemudian kembali kepada khalifah Muktashim dan mengusulkan kepadanya untuk melakukan perdamaian seraya berkata bahwa Hulagu akan tetap memberinya kekuasaan sebagaimana yang Hulagu lakukan terhadap penguasa Romawi. Ia pun berkeinginan menikahkan putrinya dengan anak laki-laki kahlifah yang bernama Abu Bakar. Ia terus mengusulkan agar penawaran itu disetujui oleh khalifah. Maka khalifah pun berangkat dengan membawa para pembesar pemerintahannya dalam jumlah yang sangat banyak (dikatakan sekitar 1200 orang)
Khalifah menempatkan rombongannya di sebuah tenda. Lalu menteri Ibnul Alqami mengundang para ahli fikih dan tokoh untuk menyaksiakan akad pernikahan. Maka berkumpulah para tokoh dan guru Bagdad yang diantaranya adalah Muhyiddin Ibnul Jauzi beserta anak-anaknya untuk mendatangi Hulagu. Sesampainya di tempat Tatar, pasukan Tatar malah membunuhi mereka semua. Begitulah setiap kelompok dari rombongan khalifah datang dan dibantai habis semuanya. Tidak cukup sampai disitu, pembantaian berlanjut kepada seluruh penduduk Bagdad. Tidak ada yang tersisa dari penduduk kota Bagdad kecuali yang bersembunyi. Hulagu juga membunuh khalifah dengan cara mencekiknya atas nasehat Ibnul Alqami.
Pembantaian Tatar terhadap penduduk Bagdad berlangsung selama empat puluh hari. Satu juta korban lebih tewas dalam pambantaian ini. Kota Bagdad hancur berdarah-darah, rumah-rumah porak-poranda, buku-buku peninggalan para ulama dibakar habis dan Bagdad pun jatuh kepada penguasa kafir Hulagu Khan.
Selain peran Ibnul Alqami, peristiwa ini juga tidak lepas dari peran seorang Syi’ah lainnya bernama Nashirudin At Thushi, penasehat Hulagu yang dari jauh-jauh hari telah mempengaruhi Hulagu untuk menguasai kota Bagdad. [Lihat Al Bidayah wa Al Nihayah, vol. 13, hal. 192, 234 – 237, Al-Nujuum Al Zaahirah fii Muluuk Mishr wa Al Qahirah, vol. 2, hal. 259 – 260]
Konspirasi Syi’ah Ubaidiyyah dan Pasukan Salib
Ketika kerajaan Islam Saljuqi sedang dalam pengintaian pasukan salib, orang-orang Syi’ah Ubaidiyyah yang menamakan diri mereka sebagai Fathimiyyah memanfaatkan keadaan. Ketika pasukan salib sedang mengepung Antakia, mereka mengirim utusan kepada pasukan salib untuk melakukan kerjasama dalam memerangi kerajaan Islam Saljuqi serta membuat perjanjian untuk membagi wilayah selatan (syiria) untuk pasukan salib dan wilayah utara (palestina) untuk mereka. Pasukan salib pun menyambut tawaran itu.
Maka, terjadilah pertempuran antara pasukan salib dan pasukan Saljuqi. Saat terjadi peperangan antara pasukan Saljuqi dengan pasukan salib, orang-orang Syi’ah Ubaidiyyah sibuk untuk memperluas kekuasaan mereka di Pelestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Saljuqi.
Akan tetapi kemudian pasukan salib mengkhianati perjanjian mereka dan merangsek masuk ke wilayah Palestina pada musim semi tahun 492 H dengan kekuatan seribu pasukan berkuda dan lima ribu invanteri saja. Pasukan Ubaidiyyah melawan mereka namun demi tanah dan diri mereka saja, bukan untuk jihad. Hingga satu per satu dari daerah Palestina jatuh ke tangan pasukan salib dan mereka pun membantai kaum muslimin. Mereka membunuhnya di depan Masjid Al Aqsha. Lebih dari tujuh puluh ribu orang tewas dalam peristiwa berdarah itu, termasuk para ulama. [Lihat Tarikh Islam, Mahmud Syakir, vol. 6, hal. 256-257, Tarikh Al Fathimiyyin, hal. 437]
Syi’ah Qaramithah
Al Hafidz Ibnu Katsir dalam (Al Bidayah wa Al Nihayah, vol. 11, hal. 149) menceritakan, di antara peristiwa pada tahun 312 H bulan Muharram, Abu Thahir Al Husain bin Abu Sa’id Al Janabi –semoga Allah melaknatnya- menyerang para jemaah haji yang tengah dalam perjalanan pulang dari baitullah dan telah menunaikan kewajiban haji. Mereka merampok dan membunuh mereka. Korban pun berjatuhan dengan jumlah yang sangat banyak –hanya Allah yang mengetahuinya. Mereka juga menawan para wanita dan anak-anak mereka sekehendaknya dan merampas harta mereka yang mereka inginkan.
Ibnu Katsir juga menceritakan pada tahun 317 H, orang-orang Syi’ah Qaramithah telah mencuri hajar aswad dari baitullah. Dalam tahun itu, rombongan dari Iraq yang dipimpin orang Manshur Ad Daimamy datang ke Makkah dengan damai. Kemudian pada hari tarwiyah, orang-orang Qaramithah menyerang mereka, merampas harta dan membantainya di masjidil haram, di depan Kabah. Para jemaah haji berhamburan. Diantara mereka ada yang berpegangan dengan kain penutup Kabah. Akan tetapi itu tidak bermanfaat bagi mereka. Orang-orang Qaramithah terus membunuhi orang-orang. Setelah selesai, orang-orang Qaramithah membuang para korban di sumur zamzam dan tempat-tempat di masjidil haram.
Qubbah zamzam dihancurkan, pintu kabah dicopot dan kiswahnya dilepaskan kemudian dirobek-robek. Mereka pun mengambil hajar aswad dan membawanya pergi ke negara mereka. Selama dua puluh dua tahun hajar aswad beserta mereka hingga akhirnya mereka kembalikan pada tahun 339 H.
Daulah Shafawiyyah (Cikal Bakal Syi’ah di Iran)
Dahulu, hampir sembilan pulun persen penduduk Iran menganut akidah ahli sunnah bermadzhab Syafi’i. Hingga pada abad ke sepuluh hijriyah tegaklah daulah Shafawiyyah dibawah kepamimpinan Isma’il Ash-Shafawi. Ia pun kemudian mengumumkan bahwa ideologi negera adalah Syi’ah Imamiyyah Itsna Asyriyyah, serta memaksa para warga untuk juga menganutnya.
Ia sangat terkenal sebagai pemimpin yang bengis dan kejam. Ia membunuh para ulama kaum muslimin beserta orang-orang awamnya. Sejarah mencatat, ia telah membunuh sekitar satu juta muslim sunni, merampas harta, menodai kehormatan, memperbudak wanita mereka dan memaksa para khatib ahli sunnah untuk mencela para khalifah rasyidin yang tiga (Abu Bakar, Umar dan Ustman –semoga Allah meridhai mereka) serta untuk mengkultuskan para imam dua belas.
Tidak hanya itu, ia juga memerintahkan untuk membongkar kuburan ulama kaum muslimin dari kalangan ahli sunnah dan membakar tulang belulangnya.
Daulah Shafawiyyah berhasil memperluas kekuasaannya hingga semua penjuru daerah Iran dan wilayah yang ada di dekatnya. Ismail Shafawi berhasil menaklukkan daulah Turkimaniyyah berakidah ahli sunnah di Iran, kemudian Faris, Kirman dan Arbastan serta yang lainnya. Dan setiap peristiwa penaklukan itu, ia membunuh puluhan ribu ahli sunnah. Hingga ia pun berhasil menyerang Bagdad dan menguasainya. Ia pun melakukan perbuatan kejinya kepada ahli sunnah disana. [dinukil dari Tuhfatul Azhar wa Zallaatu al Anhar, Ibnu Syaqdim As-Syi’i via al Masyru’ al Irani al Shafawi al Farisi, hal. 20 -21]
Wallahu ‘alam wa Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir, Da’i di Islamic Center Bathah Riyadh KSA)



Minggu, 03 Juni 2012

Belajar Agama, Kewajiban yang Acapkali Terabaikn


Sebagian orang tua sangat senang jika anaknya bisa belajar sampai jenjang lebih tinggi. Tapi sedikit yang peduli akan pendidikan agama pada anak. Jika anak tidak bisa baca Al Qur’an tidaklah masalah, yang penting bisa menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris. Jika anak tidak paham agama tidak apa-apa, yang penting anak bisa komputer. Jadilah anak-anak muda saat ini jauh dari Islam, tidak bisa baca Qur’an, ujung-ujungnya gemar maksiat ditambah dengan pergaulan bebas yang tidak karuan dipenuhi dengan narkoba, miras, etc.
Mesti Sadar bahwa Belajar Agama itu Penting
Baik selaku orang tua dan anak, kita mesti sadar bahwa mempelajari ilmu agama itu amat penting.
Kita bisa jadi terjerumus dalam syirik karena tidak tahu bahwa jimat, rajah, dan azimat termasuk kesyirikan karena adanya ketergantungan hati pada selain Allah pada sebab yang tidak terbukti dengan dalil dan bukti eksperimen. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat), maka ia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad, shahih).
Kita pun bisa berwudhu dengan tidak sempurna ketika tidak tahu bagaimanakah wudhu yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wudhu yang tidak sempurna akan merembet pada shalat yang jadi bermasalah. Lihatlah di antara ancaman bagi orang yang tidak berwudhu sempurna seperti yang tumitnya tidak terbasahi air, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ
Celakalah tumit-tumit (yang tidak terbasahi wudhu) dari (ancaman) neraka.” (Muttafaqun ‘alaih)
Begitu pula shalat yang tidak beres seperti terlalu ‘ngebut’ (alias: cepat), akhirnya menjadikan shalat tidak sah karena tidak adanya thuma’ninah. Dari Zaid bin Wahb, ia berkata bahwa Hudzaifah pernah melihat seseorang yang tidak sempurna ruku’ dan sujudnya. Hudzaifah lantas berkata,
مَا صَلَّيْتَ ، وَلَوْ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيْرِ الْفِطْرَةِ الَّتِى فَطَرَ اللَّهُ مُحَمَّدًا – صلى الله عليه وسلم -
Engkau tidaklah shalat. Seandainya engkau mati, maka engkau mati tidak di atas fitroh yang Allah fitrohkan pada Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (HR. Bukhari). Shalat orang yang ngebut-ngebutan, inilah yang dikatakan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang mencuri dalam shalatnya. Disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَسْوَأَ النَّاسِ سَرِقَةً ، الَّذِي يَسْرِقُ صَلاَتَهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُهَا ؟ قَالَ : لاَ يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلاَ سُجُودَهَا.
Sejelek-jelek manusia adalah pencuri yaitu yang mencuri shalatnya.” Para sahabat lantas bertanya pada Rasulshallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka bisa dikatakan mencuri shalatnya?” “Yaitu mereka yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Ahmad,hasan). Sayang seribu sayang, hanya sedikit yang tahu kalau thuma’ninah (bersikap tenang dalam shalat, tidak cepat-cepat) merupakan bagian dari rukun shalat yang jika tidak terpenuhi akan membuat shalat menjadi batal.
Fenomena lain, sebagian pria begitu bangga dapat berhias diri dengan emas. Ketika ditanya kenapa menggunakan emas, malah dijawab, “Apa salahnya menggunakan emas? Emas itu sah-sah saja untuk cowok.” Padahal telah disebutkan dengan tegas dalam hadits Abu Musa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُحِلَّ الذَّهَبُ وَالْحَرِيرُ لِإِنَاثِ أُمَّتِي وَحُرِّمَ عَلَى ذُكُورِهَا
Emas dan sutra dihalalkan bagi para wanita dari ummatku, namun diharamkan bagi para pria.” (HR. An Nasai dan Ahmad, shahih). Kenapa emas hanya boleh untuk wanita? Jawabnya, karena wanita lebih butuh berhias dibanding pria.
Pemuda yang lebih kenal agama tentu lebih patuh dan berbakti pada orang tua dibanding pemuda yang sering ugal-ugalan.
Ini semua di antara akibat dari tidak paham agama. Kita selaku seorang muslim mesti paham akan agama kita sendiri yang kita butuhkan setiap harinya. Kita seharusnya bukan hanya sekedar mengekor orang-orang atau membangun ibadah bukan di atas pijakan dalil atau sekedar mengekor budaya non muslim. Seorang muslim mesti belajar sehingga keadaan dirinya bisa jadi lurus dan berada dalam tuntunan yang benar dalam beragama. Ingatlah bahwa Rasul kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, shahih)
Ilmu agama yang terpenting kita pelajari adalah berbagai ilmu yang wajib, itu yang utama dan mesti didahulukan.Yaitu dengan ilmu ini seseorang tidak sampai meninggalkan kewajiban dan menerjang yang haram. Ini berarti kita punya kewajiban mempelajari akidah yang benar, tauhid yang tidak ternodai syirik, cara wudhu, shalat dan ibadah lainnya sesuai yang Rasul kita ajarkan, dan seterusnya.
Berilmu Sebelum Beramal
Selaku seorang muslim, kita dituntut untuk berilmu sebelum beramal. Di antara dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19). Ucapan istigfar termasuk amalan. Dalam ayat ini kita diperintahkan berilmu dahulu, lalu beramal. Berdasarkan dalil ini, Imam Bukhari berkata, “Al ilmu qoblal qoul wal ‘amal, artinya ilmu sebelum berkata dan beramal.” Ibnul Munir berkata, “Yang dimaksud perkataan Bukhari adalah ilmu merupakan syarat sah perkataan dan amalan. Jadi ucapan dan amalan tidaklah dianggap kecuali didahului ilmu.” (Fathul Bari, 1: 160).
Dari sini tidak tepat kebiasaan sebagian kita yang sudah beramal, lantas berkata, “Amalanku sudah sesuai ajaran Rasul atau belum yah?” Seharusnya yang ia lakukan sebelum beramal adalah belajar dan kaji amalan itu terlebih dahulu. Jika ada tuntunan dari Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam- barulah dilaksanakan.
Belajar Agama Menuai Berbagai Kemuliaan
Jika seseorang mau duduk di majelis ilmu, maka sungguh ia akan menggapai banyak kemuliaan.
Orang yang menuntut ilmu berarti telah mendapatkan warisan para nabi karena para nabi tidaklah mewariskan harta maupun uang, yang mereka wariskan adalah ilmu agama. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi,shahih)
Yang lain dari itu, ilmu bisa kekal sedangkan harta bisa binasa. Ketika ilmu terus dimanfaatkan oleh orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir meskipun si pemilik ilmu telah tiada, baik ilmu tadi berupa ceramah agama atau berupa tulisan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631)
Orang yang belajar agama, merekalah yang dikehendaki kebaikan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan kebaikan, maka Allah membuatnya faqih (paham) agama.” (Muttafaqun ‘alaih). Ibnu ‘Umar berkata, “Faqih adalah orang yang zuhud di dunia selalu mengharap akhirat.” (Syarh Ibnu Batthol).
Terakhir, menuntut ilmu agama adalah jalan mudah menuju surga sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang menemuh jalan menuntut ilmu agama, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Tidak Ada Alasan untuk Enggan Belajar
Kita sebagai seorang muslim jangan sampai memiliki sifat yang hanya tahu seluk beluk ilmu dunia, namun lalai dari ilmu agama. Walau kita seorang pelajar umum, kita punya kewajiban untuk belajar agama. Begitu pula dengan seorang pekerja kantoran atau engineer punya kewajiban yang sama. Meskipun sebagai direktur, atasan, dan gubernur sekalipun masih punya kewajiban untuk mempelajari Islam lebih dalam, apalagi untuk memahami ilmu Islam yang tidak bisa tidak wajib dipelajari. Janganlah kita menjadi orang-orang sebagaimana yang disebutkan dalam ayat,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat benar-benar lalai.” (QS. Ar Ruum: 7).
Sebenarnya tidak ada alasan untuk enggan belajar agama. Jika memang kita sulit hadir di majelis ilmu karena kesibukan, berbagai media saat ini telah memudahkan kita untuk belajar. Luangkanlah waktu untuk memanfaatkan media-media tersebut. Banyak di antara saudara kita yang telah menyusun buku, buletin, mading, atau tulisan yang dikirim via email dan milis, dan itu semua bisa jadi sarana yang membantu untuk belajar. Namun jika punya kesempatan, berusahalah meluangkan waktu untuk belajar langsung dari seorang guru karena ilmu yang diserap akan lebih baik dan mudah dipahami.
Tidak ada kata terlambat untuk belajar karena banyak ulama yang baru belajar ketika usia di atas 40-an. Dan jangan menunda-nunda waktu karena entar sore atau esok pagi, kita tidak tahu apakah Allah masih memberikan kita kesempatan untuk berada di dunia ini.
Semoga Allah senantiasa memberi hidayah demi hidayah.
Ditulis oleh saudaramu yang mencintaimu karena Allah.
Riyadh, KSA, 6 Rajab 1433 H

Budaya Hawa Nafsu


Banyak orang mengeluh, berkeluh kesah dan sedih meratapi dirinya lantaran ia merasa tidak seperti orang lain yang “sukses” di dunia ini. Sehingga, ia merasa dunia begitu sempit dan tidak lagi menyisakan ruang kebahagiaan. Rizki yang ia usahakan tak kunjung didapatkan sesuai dengan yang diharapkan, bahkan tidak cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesejahteraan yang didambakan baginya baru sebatas mimpi dan angan-angan yang entah akan tercapai atau tidak di masa mendatang …
Beban mental yang ditanggung oleh kondisi emosional seperti ini tidak jarang menimbulkan tekanan yang berujung pada pesimisme. Apalagi di saat angan-angan melebihi batas kemampuan, manusia menjadi sangat rentan terserang stress hingga berperilaku menyimpang. Tidak jarang, situasi itu membuat ia seolah menjustifikasi pelanggaran. Ia merasa terjepit dan harus berbuat nekad demi memenuhi keinginannya.
Perilaku kriminal dan kasus amoral di masyarakat sering terjadi pada orang-orang yang menginginkan kebahagian -menurut cara pandangnya, namun miskin kemampuan untuk mendapatkannya dengan jalan yang halal. Akhirnya, rasa tanggungjawabnya sebagai makhluk yang mulia pun terpaksa ia gadaikan demi kebahagian yang ia cari …
Sisi Lain Kehidupan
Berbeda dari yang sebelumnya, di sisi kehidupan yang lain, ada manusia yang memang Allah beri keluasan. Kesuksesannya dalam hidup yang serba materialis memudahkannya untuk mewujudkan berbagai keinginan. Tanpa harus bersusah payah, kesenangan demi kesenangannya ia lakukan. Tanpa perlu bekerja keras, keinginan demi keinginannya ia puaskan.
Namun, sayang sekali berjuta keinginan yang menjejali hatinya tidak pernah habis. Alih-alih memberinya kepuasan, keinginan yang kerap ia turuti itu ternyata malah kian mendesak-desak. Saat ia merasa kepuasan itu belum didapatkannya, ia semakin berani berbuat apa saja.
Akibatnya, kemampuan berpikir secara jernih dan kekuatan melihat kebaikan kian terkikis. Ia tidak berdaya membendung perasaan yang telah dikuasai oleh nafsu ‘beringas’nya. Tidak cukup dengan yang halal, ia tidak segan meluluskan keinginannya walau pun harus melabrak batas-batas kehalalan. Akhirnya, kerusakan demi kerusakan terjadi karena ulahnya yang terus mengikuti hawa nafsu. Allah berfirman,
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturut hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS Maryam [19]: 59)
Bertahan dalam Arus Fitnah
Begitulah kecenderungan manusia dalam lika-liku perjalanan mengisi hidupnya. Nilai kebaikan (ibadah) yang menjadi tujuan manusia diciptakan, seringkali tergerus budaya hawa nafsu yang menyesatkan, memupus kebaikan, membutakan mata hati, merendahkan harga diri dan menelantarkan kebenaran. Apalagi ditengah arus fitnah yang semakin kencang dan beragam godaan yang semakin banyak jumlahnya, ketahanan untuk berpegang teguh pada prinsip kebenaran biasanya akan melemah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensinyalir,
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِنَّ عَلَى مِثْلِ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ
Sesungguhnya setelah kalian ada zaman yang disebut zaman kesabaran, sabar pada zaman itu seperti memegang bara api.” (HR. Abu Daud)
Hanya manusia yang dirahmati Allah yang akan tampil menjadi manusia kuat dan sabar, mampu berjalan dengan perkasa melawan gelombang fitnah, menepis bisikan busuk dan menghancurkan pilar-pilar kesesatan yang menghalanginya untuk sampai pada kemuliaan. Dengan semangat iman, ia tidak mendambakan kehinaan yang dibungkus dengan kebahagiaan sesaat. Dengan jiwa yang besar, ia tidak rela menjual kemuliaannya demi secuil kesenangan yang terlihat menjanjikan. Sebab yang ia harapkan adalah janji Allah, bukan janji hawa nafsunya yang hina. Sebab yang ia inginkan adalah kebahagian ukhrawi, bukan kebahagiaan duniawi yang sementara.
Menikmati Karunia Allah dalam Batas yang Halal
Allah sama sekali tidak melarang manusia mencari kehidupan dunianya. Dunia tempat manusia hidup adalah karunia yang Allah halalkan atas setiap hamba-hamba-Nya. Nikmat yang sangat banyak dan keutamaan-Nya yang begitu melimpah itu merupakan pemberian-Nya bagi manusia dan makhluk-makhluk lain yang telah diciptakan-Nya. Allah menciptakan sekaligus memberikan rizki bagi kehidupan ciptaan-Nya.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.“ (Al-Baqarah: 29)
Allah menciptakan apapun yang ada di bumi untuk manusia. Agar manusia dapat mengambil manfaat darinya. Agar manusia dapat mempertahankan hidupnya. Agar manusia dapat berfikir dan mengambil pelajaran bahwa semua itu adalah hujjah yang sangat jelas atas keagungan Penciptanya. Untuk kemudian manusia mau menghambakan dirinya hanya kepada sang Penciptanya itu, Allah ‘azza wa jalla.
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Al-Jatsiah: 13)
Allah pun menganjurkan manusia untuk tidak melupakan nasib dunianya. Pundi-pundi keutamaan Allah di muka bumi itu boleh manusia cari dan nikmati. Syaratnya hal itu dilakukan pada sesuatu yang tidak Allah haramkan dan dengan cara yang halal. Syaratnya manusia juga bersyukur kepada Allah, karena tidak ada satu nikmat pun di dunia ini melainkan dari Allah, Rabbul ‘alamin.
كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS Al-Baqarah: 60)
Penting Untuk Direnungkan
Kemurahan Allah yang begitu luas tersebut seharusnya membuat manusia semakin merasa kerdil di hadapan-Nya. Jika Allah yang memberinya semua itu, patutkah kemudian manusia durhaka kepada-Nya? beribadah kepada selain-Nya? pantaskah manusia berlaku sombong? Berbuat sesuatu yang Allah haramkan? Melanggar batasan-batasan-Nya?
Wallâhu ‘alam wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.

Riyâdh, 7 Rajab 1433 H/ 27 Mei 2012
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir)

Menelusuri Akar Pemikiran Liberalisme


Liberalisme telah masuk ke dalam semua kelompok masyarakat manusia. Tidak terkecuali kaum muslimin. Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam pun demikian. Pengaruh liberalisme telah merasuk ke dalam semua lini kehidupan banyak masyarakat kaum muslimin di negeri ini.
Selain faktor internal kaum muslimin yang lemah dari sisi komitmen mereka terhadap agamanya, terutama persoalan yang berkaitan dengan akidah, tersebarnya aliran pemikiran liberalisme tidak lepas dari peran Barat yang sangat giat menyebarkannya melalui kekuatan politik, ekonomi dan teknologi informasi yang mereka miliki. Dan disinyalir, kaum muslimin adalah sasaran utama dari invansi pemikiran ini. Karena, sebagaimana yang dikatakan oleh Samuel P. Huntington dalam bukunya yang berjudul “Clash Of Civilization” (Benturan Peradaban), setelah jatuhnya aliran Komunisme, maka tantangan Barat selanjutnya adalah Islam. Menurutnya, “bahaya Islam” lebih berat dari peradaban-peradaban yang lain seperti Cina, Jepang dan negeri-negeri Asia Utara yang lain.
Selain itu, keyakinan Barat terhadap konsep liberal di antaranya juga diinspirasi oleh tesis Francis Fukuyama dalam “The End Of History” (Akhir Sejarah) yang menyebutkan bahwa demokrasi liberal adalah titik akhir dari evolusi sosial budaya dan bentuk pemerintahan manusia.[1]
Sebagai umat Islam, tentu kita tidak ingin peradaban Islam yang di bangun diatas akidah dan nilai-nilai agama Allah ini dirusak oleh orang-orang kafir dengan pemikiran-pemikiran luar itu. Islam adalah agama yang sempurna dengan ajaran yang bersumber dari wahyu Allah, Pencipta yang Mahamengetahui segala kebutuhan makhluk-makhluk-Nya. Karenanya Islam tidak membutuhkan isme-isme dan ideologi dari luar. Allah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Maidah [5]: 3)

Sejarah Liberalisme
Sejarah kemunculan liberalisme terbentang dari sejak abad ke-15, saat Eropa memulai era kebangkitan (Renaissance) mereka sampai sekitar abad ke-18 masehi, setelah sebelumnya dari sejak abad ke-5, orang-orang Eropa hidup dalam era kegelapan (Dark Ages).[2]
Dr. Abdurrahim Shamâyil mengatakan, “Liberalisme secara teori politik, ekonomi dan sosial tidak terbentuk dalam satu waktu dan oleh satu tokoh pemikir, akan tetapi ia dibentuk oleh sejumlah pemikir. Liberalisme bukan pemikiran John Luke (w 1704), bukan pemikiran Rousseau (1778), atau pemikiran John Stuart Mill (w 1873), akan tetapi setiap dari mereka memberikan konstribusi yang sangat berarti untuk ideologi liberalisme.”[3]

Sejarah liberalisme dimulai sebagai reaksi atas hegemoni kaum feodal pada abad pertengahan di Eropa. Sebagaimana diketahui, Kristen adalah agama yang telah mengalami perubahan dan penyimpangan ajaran. Pada tahun 325 M, Imperium Romawi mulai memeluk agama Kristen yang telah mengalami perubahan tersebut, yaitu setelah agama Kristen merubah keyakinan tauhid menjadi trinitas dan penyimpangan-penyimpangan yang lainnya.
Pada saat yang sama, sistem politik yang dianut oleh penguasa untuk memerintah rakyatnya ketika itu adalah feodalisme; sistem otoriter yang zalim, menekan dan memasung kebebasan masyarakat. Sistem feodal berada pada puncaknya di abad ke-9 Masehi ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan dan hilangnya pemerintahan pusat. Kaum feodal terbagi menjadi tiga unsur ketika itu; (1) intitusi gereja, (2) kaum bangsawan dan (3) para raja. Semuanya memperlakukan rakyat yang bermata pencaharian sebagai petani dengan otoriter, zalim dan sewenang-wenang.[4]
Kehidupan beragama dibawah institusi gereja juga sarat dengan penyimpangan. Tersebarnya peribadatan yang tidak memiliki landasan dalam kitab suci dan merebaknya surat pengampunan dosa adalah diantaranya. Paus Roma, ketika mereka membutuhkan dana untuk membiayai aktifitas Gereja, mereka menerbitkan surat pengampunan dosa dan menghimbau masyarakat untuk membelinya dengan iming-iming masuk surga. Pendapat-pendapat tokoh agama pun bersifat absolut dan tidak boleh digugat. Alquran juga menyebutkan di antara penyimpangan mereka:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah [9]: 31)

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” (QS. At Taubah [9]: 34)
Penyimpangan keyakinan, ditambah dengan sistem politik otoriter inilah faktor utama yang kemudian melahirkan pemikiran liberal. Saat masyarakat tertekan dan hidup dalam kezaliman, muncullah reaksi yang bertujuan kepada kebebasan hidup. Hal yang telah menjadi sunnatullah.[5]
Kesadaran masyarakat Eropa yang ingin bebas dari segala bentuk tekanan itu mengharuskan mereka untuk melakukan tranformasi pemikiran. Diantara proses transformasi pemikiran ini adalah reformasi agama. Pada akhir abad ke-15, muncul seorang tokoh Gereja asal Jerman bernama Martin Luther (w 1546), kemudian diikuti oleh John Calvin (w 1564), lalu John Nouks (w 1572). Mereka melakukan perlawanan terhadap Gereja Katolik yang kemudian mereka beri nama Protestan.[6]
Gerakan reformasi agama yang dilakukan oleh Luther ini memiliki pengaruh besar dalam sejarah liberalisme selanjutnya. Rumusan pemikiran Luther dapat disimpulkan menjadi beberapa poin berikut:
  1. Otoritas agama satu-satunya adalah teks-teks Bible dan bukan pendapat tokoh-tokoh agama.
  1. Pengingkaran terhadap sistem kepausan gereja yang berposisi sebagai khalifah almasih.
  1. Menegasikan keyakinan pengampunan atau tidak diampuni (dari institusi geraja).
  1. Ajakan kepada liberalisasi pemikiran, keluar dari tirani tokoh agama dan monopoli mereka dalam memahami kitab suci, klaim rahasia suci serta pengabaian peran akal atas nama agama.[7]
Gerakan ini disebut sebagai gerakan liberal karena ia bersandar kepada kebebasan berfikir dan rasionalisme dalam menafsirkan teks-teks agama.[8]
Perlawanan terhadap gereja dan feodalisme terus berlanjut di Eropa. Runtuhnya feodalisme menutup abad pertengahan dan abad selanjutnya disebut dengan abad pencerahan (Enlightment). Beberapa tokoh pemikiran muncul. Di Perancis, Jean Jacues Rousseau (w 1778) dan Voltaire (w 1778) adalah diantara pemikir yang perannya sangat berpengaruh. Karya-karya mereka berdua menjadi inspirasi gerakan politik Revolusi Perancis pada tahun 1789, puncak dari perlawanan terhadap hegemoni feodal.
Namun, gerakan yang tadinya sebagai reformasi agama, pada perkembangan selanjutnya perlawanan terhadap gereja mengarah kepada atheisme. Para pemikir dan filusuf Perancis rata-rata adalah para atheis yang tidak mengakui keberadaan agama. Sejarah panjang agama Kristen dari sejak penyimpangan dan perubahan ajaran hingga perang agama yang meletus akibat reformasi Luther memunculkan kejenuhan yang berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap agama. Kebebasan rasional (akal) secara mutlak akhirnya menjadi ciri utama dari gerakan ini.[9]
Dr. Abdulaziz al Tharify mengatakan, “Pengagungan terhadap akal semakin nampak pada waktu-waktu revolusi. Mereka mengangkatnya dan mempertuhankannya. Sebagian mereka bahkan mengatakan bahwa ini adalah penyembahan terhadap akal. Para tokoh revolusi mengajak orang-orang untuk meninggalkan agama, terkhusus agama katolik, mereka memutuskan hubungan Perancis dengan Vatikan. Dan pada tanggal 24 November 1793 M, mereka menutup gereja-gereja di Paris, merubah sekitar 2400 fungsi gereja menjadi markaz-markaz rasionalisme dan untuk pertama kalinya digagas soal kebebasan kaum wanita.”[10]
Intinya, titik tolak liberalisme berangkat dari perlawanan terhadap penguasa absolut raja dan institusi gereja yang mengekang kebebasan masyarakat.[11]
Pengertian Liberalisme
Secara etimologi, Liberalisme (dalam bahasa inggris Liberalism) adalah derivasi dari kata liberty (dalam bahasa inggris) atau liberte (dalam bahasa Perancis) yang berarti “bebas”. Adapun secara terminologi, para peneliti mengemukakan bahwa Liberalisme adalah terminologi yang cukup sulit untuk didefinisikan. Hal itu karena konsep liberalisme yang terbentuk tidak hanya dalam satu generasi, dengan tokoh pemikiran yang bermacam-macam dan orientasi yang berbeda-beda.
Dalam al Mawsû’ah al ‘Arabiyyah al Âlamiyyah dikatakan, “Liberalisme termasuk terminologi yang samar, karena makna dan penegasannya senantiasa berubah-ubah dalam bentuk yang berbeda dalam sepanjang sejarahnya.”[12]
Namun demikian, liberalisme memiliki esensi yang disepakati oleh seluruh pemikir liberal pada setiap zaman, dengan perbedaan-perbedaan trend pemikiran dan penerapannya, sebagai cara untuk melakukan reformasi dan menciptakan produktifitas. Esensi ini adalah, bahwa liberalisme meyakini kebebasan sebagai prinsip dan orientasi, motivasi dan tujuan, pokok dan hasil dalam kehidupan manusia. Ia adalah satu-satunya sistem pemikiran yang hanya menghendaki untuk mensifati kegiatan manusia yang bebas, menjelaskan dan mengomentarinya.[13]
Dr. Sulaiman al Khurasyi mengatakan, “Liberalisme adalah aliran pemikiran yang berorientasi kepada kebebasan individu, berpandangan wajibnya menghormati kemerdekaan setiap orang, meyakini bahwa tugas pokok negara adalah melindungi kebebasan warganya seperti kebebasan berfikir dan berekspresi, kepemilikan swasta dan yang lainnya. Aliran pemikiran ini membatasi peran penguasa dan menjauhkan pemerintah dari kegiatan pasar. Aliran ini juga dibangun diatas prinsip sekuler yang mengagungkan kemanusiaan dan berpandangan bahwa manusia dapat dengan sendirinya mengetahui segala kebutuhan hidupnya.
Dalam Acodemik American Ensiclopedia dikatakan, “Sistem liberal yang baru (yang termanifestasi dalam pemikiran abad pencerahan) memposisikan manusia sebagai tuhan dalam segala hal. Ia memandang bahwa manusia dengan seluruh akalnya mampu memahami segala sesuatu. Mereka dapat mengembangkan diri dan masyarakatnya melalui kegiatan rasional dan bebas.”[14]
Karakteristik Liberalisme
Walaupun liberalisme bukan terdiri dari satu trend pemikiran, namun kita dapat mengenali aliran ini dengan karakteristik khusus. Karakter paling kuat yang ada dalam aliran ini adalah:
-          Kebebasan Individu
Setiap orang bebas berbuat apa saja tanpa campur tangan siapa pun, termasuk negara. Fungsi negara adalah melindungi dan menjamin kebebasan tersebut dari siapapun yang mencoba untuk merusaknya. Oleh karena itu, liberalisme sangat mementingkan kebebasan dengan semua jenisnya. Kekebasan berkreasi, berpendapat, menyampaikan gagasan, berbuat dan bertindak, bahkan kebebasan berkeyakinan adalah tema yang mereka ingin wujudkan dalam kehidupan ini.
Kebebasan dalam pandangan mereka tidak berbatas, selama tidak merugikan dan bertabrakan dengan kebebasan orang lain. Kaidah kebebasan mereka berbunyi, “Kebebasan Anda berakhir pada permulaan kebebasaan orang lain.”[15]
-          Rasionalisme
Penganut liberalisme meyakini bahwa akal manusia mampu mencapai segala kemaslahatan hidup yang dikehendaki. Standar kebenaran adalah akal atau rasio. Karakter ini sangat kentara dalam pemikiran liberal. Rasionalisme diantaranya nampak pada:
Pertama, keyakinan bahwa hak setiap orang bersandar kepada hukum alam. Sementara hukum alam tidak dapat diketahui kecuali dengan akal melalui media indera/materi atau eksperimen. Dari sini kita mengenal aliran filsafat materialisme (aliran filsafat yang mengukur setiap kebenaran melalui materi) dan empirisme (aliran filsafat yang menguji setiap kebenaran melalui eksperimen).
Kedua, negara harus bersikap netral terhadap semua agama. Karena tidak ada kebenaran yang bersifat yakin atau absolut, yang ada adalah kebenaran yang bersifat relatif. Ini yang dikenal dengan “relatifisme kebenaran”.
Ketiga, perundang-undangan yang mengatur kebebasan ini semata-mata hasil dari pemikiran manusia, bukan syariat agama.[16]
Perspektif Islam
Dari latar belakang sejarah liberalisme yang telah dipaparkan di atas, kita dapat menilai bahwa liberalisme jelas sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Sejarah kemunculannya yang sangat dipengaruhi oleh situasi sosial-politik dan problem teologi Kristen ketika itu dapat kita jadikan alasan bahwa Islam tidak perlu, dan tidak akan perlu menerima liberalisme. Karena sepanjang sejarahnya, Islam tidak pernah mengalami problem sebagaimana yang dialami oleh agama Kristen. Oleh karena itu, tidak ada alasan mendasar bagi Islam untuk menerima konsep liberalisme dengan semua bentuknya.
Apalagi jika ditilik dari konsep pokoknya, pemikiran liberalisme sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Kebebasan mutlak ala liberalisme adalah kebebasan yang mencederai akidah Islam, ajaran paling pokok dalam agama ini. Liberalisme mengajarkan kebebasan menuruti semua keinginan manusia, sementara Islam mengajarkan untuk menahannya agar tidak keluar dari ketundukan kepada Allah. Hakikat kebebasan dalam ajaran Islam adalah, bahwa Islam membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk, kepada penghambaan kepada Rabb makhluk.
Begitu pun dengan otoritas akal sebagai sumber nilai dan kebenaran dalam ‘ajaran’ liberalisme. Sumber kebenaran dalam Islam adalah wahyu, bukan akal manusia yang terbatas dalam mengetahui kebenaran. Dengan demikian, menerima liberalisme berarti menolak Islam, dan tunduk kepada Islam berkonsekwensi menanggalkan faham liberal.
Wallâhu ‘alam wa shallallâhu ‘ala nabiyyinâ Muhammad.

Riyâdh, KSA 11 Rajab 1433 H/2 Juni 2012 M


[1] al Librâliyyah, Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ, Dr. Abdurrahim Shamâyil al Sulami
[2] Usus al Nahdhah al Râsyidah, hal. 9, Ahmad al Qashash.
[3] al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ
[4] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 29, Dr Sulaiman al Khurasyi
[5] Idem, hal 30.
[6] Al ‘Aqliyyah al Librâliyyah, Dr. Abdul aziz al Tharify.
[7] Lihat Muhâdharât fî al Nashrâniyyah, hal. 224 [Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 34]
[8] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ
[9] Lihat al Nidzâm al Siyâsy al Islâmy wa al Fikri al Librâly, hal. 39-47, Dr. Muhammad al Jauhay Hamad al Jauhary.
[10] Al ‘Aqliyyah al Librâliyyah, hal. 70, Dr. Abdul aziz al Tharify
[11] Artikel “Melacak Akar dan Manifesto Liberalisme”
[12] Al Mawsû’ah al ‘Ârabiyyah al Âlamiyyah, 21/247 [al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ]
[13] Mafhûm al Hurriyyah, hal. 39, Abdullah al ‘Arawi [al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ]
[14] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 12-13.
[15] al Librâliyyah Nasy`atuhâ wa Majallâtuhâ
[16] Haqîqatu al Librâliyyah wa Mawqiful Islâm minhâ, hal. 24-25 dengan penyesuaian.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons