Mati
satu tumbuh seribu. Begitulah bunyi sebuah pepatah. Setelah beberapa
waktu lalu ada nabi palsu bernama Ahmad Moshaddeq di Gunung Bunder,
kini di lokasi yang jauh dari gunung itu, di Gunung Malang, telah
muncul aliran sesat yang pemimpinnya mengaku sebagai Nabi. Tepatnya di
Kampung Tarikolot, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Lelaki yang
mangaku sebagai nabi itu bernama Sus. Nama kerennya Maulana Malik
Ibrahim.
Menurut mantan pengikutnya, Maulana Malik Ibrahim ini mengaku sebagai wali dan penyempurna para nabi. Ia mengaku bisa menghidupkan orang yang telah mati. Kepada para muridnya, Pak Sus mengajarkan kesesatannya dengan memulai membaca kalimat syahadat berbahasa Sunda.
Berikut bacaan syahadat Sunda ala Pak Sus:
SAHADAT SUNDA
Bismillahir rahmanir rahim
Ashadu sahadat Sunda
Sahadat pamuka alam buyut lembur Mangunsari,
Eusina manusia pasti hurip ning kawas hirup
Keresa dilawangan ku pangraksa milawangan
Ratjamala yaisun seuseuweu putu sasak Sakawayana
Lailla haillallah Ratu Kuncung PUTIH pasti yaa rasuululloh
Terkait klaim Pak Sus bisa menghidupkan orang yang telah mati, ada sebuah kejadian menarik. Di Gunung Malang ada seorang pemilik villa bernama Haji Jamal. Ketika ia sakit istrinya memanggil Pak Sus untuk mengobatinya. Namun setelah dilihat Pak Sus ternyata Haji Jamal malah meninggal. Sambil bersedih sang istri bertanya, "Kok suami saya mati Pak Sus?. Bukankah anda bisa menghidupkan orang?". Lalu Pak Sus menjawab, "Ketika sekarat saya panggil-panggil Pa Haji tapi tidak mau kembali, jadi bagaimana bisa hidup lagi, sedangkan Pak Hajinya sendiri tidak mau kembali (hidup) lagi." Kesesatan lainnya, ia mengatakan jika ada yang meninggal dan ditanya malaikat bilang saja Pak Sus nanti tidak akan diapa-apakan oleh malaikat.
Menurut Ketua DKM Masjid Al Khairat Gunung Bunder Ustadz Kuding, aliran ini sebelumnya berada di daerah Sukabumi, namun ketika di fatwakan sesat oleh MUI Sukabumi pada tahun 2009 mereka pindah ke sini ke Gunung Malang. Jumlah mereka sekitar 40 orang. Banyak juga anak kecil di antara mereka. Simbol aliran sesat ini adalah bola dunia dengan diatasnya bertengger burung rajawali.
Konon, yang bisa masuk ke lokasi tersebut bukan sembarangan orang karena bangunannya ada pagar ghaibnya. Tempat itu dikelilingi oleh villa, tak ada ada perkampungnan. Sebagian anggotanya belum bisa keluar karena didoktrin bisa bisa kualat. Sementara masyarakat sekitar belum ada yang mengetahui karena berjarak 2 km dari perkampungan.
Ustadz Kuding menghimbau masyarakat agar lebih mewaspadai keberaan aliran sesat ini. "Saya berharap kita lebih waspada terhadap aliran-aliran sesat seperti ini, karena bisa merusak akidah umat," katanya.
Untuk itu pada Ahad malam (12/2) lalu, DKM Masjid Al Khairat, Pasar Rebo Gunung Bunder, Kabupaten Bogormengadakan tabligh akbar. Acara tersebut dilaksanakan untuk membangkitkan semangat keIslaman serta menyadarkan warga akan bahayanya aliran sesat dan pemurtadan.
Hadir dalam kegiatan itu Tim Satgas APK Bogor. KH. Khaerul Yunus, Ust Iyus Khaerunnas, Ust Dani, dan Ust Badru Kamal datang untuk membeberkan fakta-fakta pemurtadan dan pelecehan Islam serta membekali warga gunung Bunder dengan penguatan akidah agar mampu mengantisipasi berbagai upaya untuk memurtadkan umat Islam.
Menurut mantan pengikutnya, Maulana Malik Ibrahim ini mengaku sebagai wali dan penyempurna para nabi. Ia mengaku bisa menghidupkan orang yang telah mati. Kepada para muridnya, Pak Sus mengajarkan kesesatannya dengan memulai membaca kalimat syahadat berbahasa Sunda.
Berikut bacaan syahadat Sunda ala Pak Sus:
SAHADAT SUNDA
Bismillahir rahmanir rahim
Ashadu sahadat Sunda
Sahadat pamuka alam buyut lembur Mangunsari,
Eusina manusia pasti hurip ning kawas hirup
Keresa dilawangan ku pangraksa milawangan
Ratjamala yaisun seuseuweu putu sasak Sakawayana
Lailla haillallah Ratu Kuncung PUTIH pasti yaa rasuululloh
Terkait klaim Pak Sus bisa menghidupkan orang yang telah mati, ada sebuah kejadian menarik. Di Gunung Malang ada seorang pemilik villa bernama Haji Jamal. Ketika ia sakit istrinya memanggil Pak Sus untuk mengobatinya. Namun setelah dilihat Pak Sus ternyata Haji Jamal malah meninggal. Sambil bersedih sang istri bertanya, "Kok suami saya mati Pak Sus?. Bukankah anda bisa menghidupkan orang?". Lalu Pak Sus menjawab, "Ketika sekarat saya panggil-panggil Pa Haji tapi tidak mau kembali, jadi bagaimana bisa hidup lagi, sedangkan Pak Hajinya sendiri tidak mau kembali (hidup) lagi." Kesesatan lainnya, ia mengatakan jika ada yang meninggal dan ditanya malaikat bilang saja Pak Sus nanti tidak akan diapa-apakan oleh malaikat.
Menurut Ketua DKM Masjid Al Khairat Gunung Bunder Ustadz Kuding, aliran ini sebelumnya berada di daerah Sukabumi, namun ketika di fatwakan sesat oleh MUI Sukabumi pada tahun 2009 mereka pindah ke sini ke Gunung Malang. Jumlah mereka sekitar 40 orang. Banyak juga anak kecil di antara mereka. Simbol aliran sesat ini adalah bola dunia dengan diatasnya bertengger burung rajawali.
Konon, yang bisa masuk ke lokasi tersebut bukan sembarangan orang karena bangunannya ada pagar ghaibnya. Tempat itu dikelilingi oleh villa, tak ada ada perkampungnan. Sebagian anggotanya belum bisa keluar karena didoktrin bisa bisa kualat. Sementara masyarakat sekitar belum ada yang mengetahui karena berjarak 2 km dari perkampungan.
Ustadz Kuding menghimbau masyarakat agar lebih mewaspadai keberaan aliran sesat ini. "Saya berharap kita lebih waspada terhadap aliran-aliran sesat seperti ini, karena bisa merusak akidah umat," katanya.
Untuk itu pada Ahad malam (12/2) lalu, DKM Masjid Al Khairat, Pasar Rebo Gunung Bunder, Kabupaten Bogormengadakan tabligh akbar. Acara tersebut dilaksanakan untuk membangkitkan semangat keIslaman serta menyadarkan warga akan bahayanya aliran sesat dan pemurtadan.
Hadir dalam kegiatan itu Tim Satgas APK Bogor. KH. Khaerul Yunus, Ust Iyus Khaerunnas, Ust Dani, dan Ust Badru Kamal datang untuk membeberkan fakta-fakta pemurtadan dan pelecehan Islam serta membekali warga gunung Bunder dengan penguatan akidah agar mampu mengantisipasi berbagai upaya untuk memurtadkan umat Islam.
Sumber (VOA Islam).
0 komentar:
Posting Komentar