Senin, 10 Desember 2012

Bagaimana Kaum Yahudi Mendirikan Negara Israel?

 Banyak diantara kaum Muslimin yang tidak mengetahui, tentang kisah di balik bangsa Yahudi yang memimpikan berdirinya sebuah negara, walaupun negara itu sudah dihuni oleh bangsa Palestina selama berabad-abad.
Hal itu diungkapkan ustadz Fuad Al Hazimi saat menyampaikan kuliah shubuh dengan tema, “Dari Negara Tanpa Bangsa Menjadi Bangsa Tanpa Negara; Sejarah Panjang Penjajahan Yahudi Atas Palestina.”
Lebih lanjut, mantan Imam Masjid Al Hijrah Sydney NSW Australia itu menjelaskan bahwa Yahudi telah lama memimpikan sebuah negara Israel Raya.
“Negara tanpa bangsa itulah Israel yang memimpikan Israel Raya. Ibaratnya, ada seseorang yang mengaku bahwa mbahnya pernah mimpi bahwa kamu (cucuku) berhak atas tanah yang ditinggali oleh orang lain itu. Lalu tiba-tiba dia katakan pada orang yang punya tanah itu, wahai orang yang tinggal di sini dulu mbah saya pernah berwasiat bahwa tanah ini punya saya, padahal orang yang memiliki tanah itu sudah tinggal berabad-abad.
Sementara, bangsa tanpa negara itu adalah Palestina. Penduduknya kocar-kacir kemana-mana sehingga sampai hari ini ada saja yang masih tidak mengakui negara Palestina,” jelasnya di hadapan jamaah masjid jami’ Al-Ukhuwah, Palem Semi, Tangerang, Ahad (9/12/2012).


Ironisnya, menurut ustadz Fuad Al Hazimi ternyata negara tanpa bangsa itu (Israel) justru berawal dari keyakinan Yahudi akan janji dalam kitabnya. Sedangkan bangsa tanpa negara saat ini (Palestina) justru karena tidak berdirinya kaum muslimin dengan kitab sucinya.
“Orang kafir meyakini kitab sucinya, orang muslim malah tidak percaya dengan janji-janji Allah dan peringatan dari Allah tentang situasi dan kondisi tersebut,” ungkapnya.
Ustadz Fuad pun menyitir sebuah ayat dalam Bible tentang janji terhadap orang-orang Yahudi yang kelak menjadi sebuah bangsa.
Thus saith the LORD, which giveth the sun for a light by day, and the ordinances of the moon and of the stars for a light by night, which divideth the sea when the waves thereof roar; The LORD of hosts is his name:  If those ordinances depart from before me, saith the LORD, then the seed of Israel also shall cease from being a nation before me for ever.
Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, -- TUHAN semesta alam nama-Nya: Sesungguhnya, seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk sepanjang waktu.” (Yeremia 31: 35-36).


Berdasarkan ayat Bible tersebut, akhirnya orang-orang Yahudi atas izin PBB mendirikan sebuah negara agama satu-satunya di dunia yaitu Israel. Sementara kaum muslimin yang ingin menjadikan Islam sebagai dasar negara justru dilarang.
“Inilah ayat yang mereka yakini untuk mendirikan sebuah bangsa negara agama Yahudi. Maka satu-satunya agama yang diizinkan oleh PBB dan antek-anteknya untuk menjadi bangsa, negara, sekaligus agama adalah Yahudi. Sementara umat Islam tidak boleh, Islam hanya boleh mengatur urusan pribadi sedangkan negara adalah urusan lain,” tuturnya.
Selanjutnya, Theodore Herzl seorang tokoh Yahudi kelahiran Budapest menggagas berdirinya Negara Yahudi. Tujuannya untuk membuat negara bagi orang Yahudi di Palestina, didukung oleh uang hasil sumbangan dari seluruh orang Yahudi di dunia. Herzl ini juga dikenal pendiri Zionisme.

Dalam slide yang dipaparkan ustadz Fuad Al Hazimi mengungkapkan bahwa tahun 1897  Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, yang isinya: Bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka” atau “Tanah Yang Dijanjikan Allah” yaitu Palestina. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan “tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin” ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun.
Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “…Akan aku dirikan sebuah negara Yahudi. Jika aku mengatakan itu hari ini, mungkin seluruh dunia akan menertawakanku. Atau bisa jadi 5 dalam tahun. Namun   yang pasti adalah dalam 50 tahun setiap orang akan menyaksikannya”  (Negara Israel didirikan Mei 1948, 50 tahun 3 bulan, setelah catatan Herzl tersebut). 
[Ahmed Widad]

Artikel By : Vos Islam

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons