Banyak
diantara kaum Muslimin yang tidak mengetahui, tentang kisah di balik
bangsa Yahudi yang memimpikan berdirinya sebuah negara, walaupun negara
itu sudah dihuni oleh bangsa Palestina selama berabad-abad.
Hal itu
diungkapkan ustadz Fuad Al Hazimi saat menyampaikan kuliah shubuh dengan
tema, “Dari Negara Tanpa Bangsa Menjadi Bangsa Tanpa Negara; Sejarah
Panjang Penjajahan Yahudi Atas Palestina.”
Lebih
lanjut, mantan Imam Masjid Al Hijrah Sydney NSW Australia itu
menjelaskan bahwa Yahudi telah lama memimpikan sebuah negara Israel
Raya.
“Negara tanpa bangsa itulah Israel yang memimpikan Israel Raya. Ibaratnya, ada seseorang yang mengaku bahwa mbahnya
pernah mimpi bahwa kamu (cucuku) berhak atas tanah yang ditinggali oleh
orang lain itu. Lalu tiba-tiba dia katakan pada orang yang punya tanah
itu, wahai orang yang tinggal di sini dulu mbah saya pernah berwasiat bahwa tanah ini punya saya, padahal orang yang memiliki tanah itu sudah tinggal berabad-abad.
Sementara,
bangsa tanpa negara itu adalah Palestina. Penduduknya kocar-kacir
kemana-mana sehingga sampai hari ini ada saja yang masih tidak mengakui
negara Palestina,” jelasnya di hadapan jamaah masjid jami’ Al-Ukhuwah,
Palem Semi, Tangerang, Ahad (9/12/2012).
Ironisnya,
menurut ustadz Fuad Al Hazimi ternyata negara tanpa bangsa itu (Israel)
justru berawal dari keyakinan Yahudi akan janji dalam kitabnya.
Sedangkan bangsa tanpa negara saat ini (Palestina) justru karena tidak
berdirinya kaum muslimin dengan kitab sucinya.
“Orang
kafir meyakini kitab sucinya, orang muslim malah tidak percaya dengan
janji-janji Allah dan peringatan dari Allah tentang situasi dan kondisi
tersebut,” ungkapnya.
Ustadz Fuad pun menyitir sebuah ayat dalam Bible tentang janji terhadap orang-orang Yahudi yang kelak menjadi sebuah bangsa.
Thus
saith the LORD, which giveth the sun for a light by day, and the
ordinances of the moon and of the stars for a light by night, which
divideth the sea when the waves thereof roar; The LORD of hosts is his
name: If those ordinances depart from before me, saith the LORD, then
the seed of Israel also shall cease from being a nation before me for
ever.
Beginilah
firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang
menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang
mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, -- TUHAN
semesta alam nama-Nya: Sesungguhnya, seperti ketetapan-ketetapan ini
tidak akan beralih dari hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN,
demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di
hadapan-Ku untuk sepanjang waktu.” (Yeremia 31: 35-36).
Berdasarkan
ayat Bible tersebut, akhirnya orang-orang Yahudi atas izin PBB
mendirikan sebuah negara agama satu-satunya di dunia yaitu Israel.
Sementara kaum muslimin yang ingin menjadikan Islam sebagai dasar negara
justru dilarang.
“Inilah
ayat yang mereka yakini untuk mendirikan sebuah bangsa negara agama
Yahudi. Maka satu-satunya agama yang diizinkan oleh PBB dan
antek-anteknya untuk menjadi bangsa, negara, sekaligus agama adalah
Yahudi. Sementara umat Islam tidak boleh, Islam hanya boleh mengatur
urusan pribadi sedangkan negara adalah urusan lain,” tuturnya.
Selanjutnya,
Theodore Herzl seorang tokoh Yahudi kelahiran Budapest menggagas
berdirinya Negara Yahudi. Tujuannya untuk membuat negara bagi orang
Yahudi di Palestina, didukung oleh uang hasil sumbangan dari seluruh
orang Yahudi di dunia. Herzl ini juga dikenal pendiri Zionisme.
Dalam
slide yang dipaparkan ustadz Fuad Al Hazimi mengungkapkan bahwa tahun
1897 Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss.
Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, yang isinya: Bahwa umat
Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad
bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu,
kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara
rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka” atau “Tanah Yang
Dijanjikan Allah” yaitu Palestina. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan
“tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin” ! Di kongres itu,
Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan
penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun.
Pergerakan ini mengenang kembali
bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi
sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “…Akan aku dirikan sebuah
negara Yahudi. Jika aku mengatakan itu hari ini, mungkin seluruh dunia
akan menertawakanku. Atau bisa jadi 5 dalam tahun. Namun yang pasti
adalah dalam 50 tahun setiap orang akan menyaksikannya” (Negara Israel
didirikan Mei 1948, 50 tahun 3 bulan, setelah catatan Herzl tersebut).
[Ahmed Widad]
Artikel By : Vos Islam
0 komentar:
Posting Komentar